Rabu, Mei 06, 2009

- > GENJOT ke Serangan, ...... feat. ayu!

..... sambil nguliner tongkol bakar mesambel matah sere lemo,
mimbuh klejat, and ulat-ulat........ biiihhhh .... joon ne...!!!!!!!

(edited by Gekayoe Aninda)

Hari terasa indah, Rebo 6 Mei 2009 petang ~ sepulang genjot dari serangan bersama ayu, capekpun tak terasa, .... megibung! ~ (makan bersama dalam satu "tempat") ~ Ikan tongkol bakar, ..... dicocol-cocol sambal mentah (bhs bali: Sambel matah, adm) ~ dengan kekhasan rasa sere dan jeruk purut (lemo, adm) ~ Biiiiihhhhh dewaratu .... joon ne!" Kalau orang sunda bilang "Colenak" ..... dicocol enak!
Tiba-tiba Ayu (my doughter) nyeletuk: "Ajiknya kayak setan genjot sepeda, lari sepedanya sih nggak cepet tapi,..... nggak pernah brenti-brenti!!!!

Biiihhhhh ..... bapane orange setan! Ach .... nggak kock! Maksudnya Ayu genjotan pedal sepedanya seperti dikejar setan

Haha ....., berarti sebenarnya ayu capek toh, ..... pantes kalau ditanya nggak nyahut-nyahut ......?
Tampaknya dia gengsi bilang capek! Tapi yang jelas, ini pertanda mentalnya cukup kuat, ..... biar capek, tapi genjot terus ..........!
Ok, kita tunggu, kalau dia minta sepedaan lagi berarti tidak kapok.

Yah itu sekelumit situasi setelah pulang genjot, ..... kalau soal genjotnya sih biasa-biasa aja.
Berangkat dari rumah kita lewat Panjer - jl. Bedugul .... tembus di Kerta Petasikan, ......... keluar di jl. Pemelisan, tembusnya di traficlight perempatan bypass Ngurah Rai, persis di jalan lama ke Sakenan ketika masih pakai jukung (perahu, adm) kalau kita ke selatan.
Ke timur menuju Sanur, ... nah kita ambil jalan ke kanan. Kemudian sebelum supermarket Makro kita ke kiri ....... Jl. Raya Sakenan!

Dari bypass Ngurah Rai ke selatan menuju desa Sakenan, di samping cukup panjang, ..... kadang-kadang anginnya cukup kencang. Terasa berat ketika sedang genjot.
Maklumlah, karena sebenarnya kita sedang melintasi jalan buatan yang menghubungkan daratan Bali dengan Pulau Sakenan.

Apakah Sakenan masih pantas di sebut sebuah pulau seperti namanya dulu yang cukup terkenal dengan "Turtle" Island. Jawabannya ya dan tidak. Ya.....!, Karena antara daratan Bali dan Sakenan masih terpisah oleh laut, dan tidak....! Karena dihubungkan lagi dengan jembatan yang memungkinkan segala jenis kendaraan denan leluasa masuk ke Serangan.


Sebelum menuju ke areal Pura Sakenan, kita menuju ke arah pantai timur Serangan.

Lumayan jauhnya "dari pintu toll" serangan. Jalan aspal hanya sampai di Jembatan, .... jadinya menuju pantai kita melintasi jalan limestone berkarang. Di samping itu, bersepeda di serangan kita harus berhati-hati dengan duri pohon bekul yang walaupun kecil tapi tajamnya cukup menbuat ban sepeda anda gembos perlahan-lahan.

Sepanjang perjalanan tampak areal serangan sedang di reklamasi dengan pohon-pohon penghijauan. Ah sayang, kita kurang memperhatikan jenis tanaman yang di tanam. Biasanya sih untuk jenis tanah-tanah kering seperti ini; kelapa, ketapang, waru, ........ adalah jenis tanaman yang baik sebagai tanaman volunteer.

Tampaknya proyek besar! Bagus deh....! Terbayang nantinya Serangan akan hijau royo-royo.


Mudah-mudahan issue akhir Desember lalu, di mana Wakil Bupati salah satu Kabupaten terkaya di Bali, mengatas namakan Pemkab Badung lagi, memberikan solusi agar Bandara Ngurah Rai dipindahkan ke Serangan, sebagai reaksi terhadap "desakan" Komisi V DPR-RI yang (hmnn,......... katanya sih) terhormat (Bali Post, 23 Desember 2008, hal 2) tidak terlaksana. Apa jadinya kalau benar Bandara Ngurah Rai jadi dipindah ke Serangan ?


Hutan mangrove di tepi laut (kanan-kiri) sepanjang jalan buatan ke Serangan masih tampak "ompong". Masih dibutuhkan lebih banyak lagi uluran tangan berbagai pihak untuk sesegera mungkin berpartisipasi menanam mangrove (bakau, adm), seperti yang sudah dilakukan oleh banyak pihak, .... salah satunya dilakukan oleh komunitas sepeda baru-baru ini.

Coba lihat pohon mangrovenya, .... chuaaaantik buaaaaanget! Bayangkan kalau mangrove ini menghutan, ..... maksudnya buaaaaaanyak gitu! Betapa fresh nya udara.
Tidak itu saja, ..... hutan mangrove juga akan mempercantik dan memperkaya biota dan tentunya juga menambah keragaman ekologi laut.
Tidak bermaksud mengecilkan arti penanaman yang sudah dilakukan oleh banyak pihak, .... tampaknya aksi penanaman mangrove ini ~ masih bersifat seremonial ~ perlu dilakukan secara berkesinambungan

Yang lebih penting lagi, ..... pihak pemerintah Provinsi Bali dan Kota Denpasar perlu saling bahu membahu melakukan kontrol dan pemeliharaan terhadap mangrove yang sudah ditanam agar tumbuh dengan baik sehingga aksi (partisipasi) penanaman masyarakat tidak sia-sia.
Kita berharap hutan mangrove bisa terwujud secepatnya, ..... bukan hutan yang menyuburkan (cewek) cape.

Sepanjang perjalanan menuju Sakenan ~ segera setelah jembatan ~ mulai dari masuk "gerbang toll" (baca: rumah pajak masuk desa, adm) terus sampai ke desa Sakenan; hidung anda akan dimanja oleh aroma ikan tongkol bakar dan "sambel matah" dengan aroma sere dan lemo (jeruk purut, adm) yang dijajakan setiap sore secara sederhana di pinggir jalan. Tak ketinggalan juga anda masih bisa mendapatkan (baca: beli!) krupuk klejat ~ (keong yang dikeluarkan dari rumahnya, digoreng!) dan ulat-ulat (belut laut) goreng.
Masalah harga, .... jangan khawatir! Tergantung dari besar ikan tongkolnya, anda hanya membayar 10 - 12 ribu rupiah per ekor, ..... sudah dibakar included sambalnya. Kalau anda ingin mencicipi krupuk klejat dan ulat-ulat goreng, ...... anda tinggal merogoh kocek tambahan Rp. 1.000,--/bungkus. Murah kan....!!!!





Krupuk klejat dan ulat-ulat goreng ..... gurrrrriiiiiihhh!

Coba deh! Sekali mencoba anda akan ketagihan untuk datang dan beli lagi! Seperti kita ini loh ..! bela-belain nenteng tongkol goreng sambil genjot.



Suasana di sekitar Pura Sakenan terasa damai, .... air laut beringsut mulai pasang naik!



Tanpa terasa hari sudah mulai petang, ...... it is time for us to go home!
Haha ...... jangan sampai lupa untuk beli cangkingan! Apalagi kalau bukan ikan tongkol bakar dengan sambel matahnya plus krupuk klejat dan ulat-ulat goreng ...................


Perjalan pulang, ........ sampai di jalan Bedugul utara sekitar Panjer suasana sudah mulai gelap. Wah lupa bawa lampu depan, ... yang ada cuman lampu belakang.

It is ok! Hati-hati Ayu .......!


Salam satak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar